Rabu, 26 Agustus 2009

ILMU DAN TEORI

Ilmu dan Teori
Pertanyaan "apakah ilmu itu" tidak mudah dijawab secara langsung meskipun beberapa definisi ada dibuat. Agaknya ada tiga stereotip populer yang dapat merintangi seseorang memahami apa itu kegiatan ilmiah.
Stereotip pertama, ilmuwan dibayangkan sebagai sosok manusia aneh berbaju serba putih polos, bekerja untuk menemukan fakta-fakta di laboratorium dengan menggunakan peralatan rumit, melakukan banyak
percobaan dan mengakumulasikan fakta-fakta untuk tujuan akhir memperbaiki nasib manusia.
Stereotip kedua, ilmuwan dibayangkan sebagai sosok individu berotak cemerlang, suka berpikir dan bergelut dengan teori-teori rumit dan biasanya menghabiskan waktunya di ‘menara gading’, jauh dari dunia kehidupan nyata berikut masalah-masalahnya. Ilmuwan ini agaknya ahli teori jauh dari dunia praktik, kendati pemikiran dan teorinya ada kalanya membimbing ke arah hasil-hasil praktis yang nyata.
Stereotip ketiga menyamakan ilmu dengan rekayasa dan teknologi. Pembangunan jalan tol layang, jalan bawah-tanah, teknologi pesawat udara, wahana ruang angkasa, otomasi industri, penemuan mesin pintar dan berbagai karya besar lainnya yang memungkinkan kehidupan manusia menjadi lebih praktis, nyaman, bergengsi dan efisien.
Pemahaman di atas dapat merintangi mahasiswa mengerti dengan benar apa itu ilmu, kegiatan serta pemikiran ilmuwan dan penelitian ilmiah secara umum. Pada lain sisi dari dunia ilmiah sendiri ada dua pandangan umum mengenai ilmu. Yaitu, pandangan statis dan pandangan dinamis. Dalam pandangan statis, yang agaknya mempengaruhi kebanyakan orang awam dan mahasiswa, ilmu adalah suatu kegiatan yang menyumbang keterangan bersistem terhadap dunia.
Tugas ilmuwan adalah menemukan fakta-fakta baru dan menambahkannya terhadap khasanah informasi yang sudah ada. Ringkasnya, ilmu bahkan digambarkan sebagai khasanah kumpulan fakta-fakta yang tertata baik. Dalam pandangan ini, ilmu ialah juga suatu cara menjelaskan gejala-gejala diamati. Kemudian, tekanannya adalah pada status mutakhir pengetahuan dan pengayaannya, pada perluasan pengetahuan dan gugus hukum-hukum, teori-teori, hipotesis-hipotesis dan asas-asas mutakhir.
Dalam pandangan dinamis ilmu dilihat sebagai suatu kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh ilmuwan. Status mutakhir pengetahuan tentu saja penting. Tetapi hal itu penting terutama karena merupakan suatu landasan untuk teori ilmiah dan penelitian akan datang. Perihal demikian ini disebut sebagai suatu pandangan heuristik. Kata "heuristik" berarti pelayanan untuk penemuan atau pernyataan maksud, termasuk kegiatan penemuan bagi diri sendiri. Misalnya, dalam inovasi pendidikan murid dibimbing menemukan sendiri untuk memahami sesuatu bagi dirinya sendiri. Pandangan heuristik dalam ilmu menekankan teori dan antar kaitan skemata konseptual yang membuahkan penelitian lebih lanjut. Heuristik dapat juga disebut pemecahan masalah, tetapi dengan penekanan imaginatif yang bukan dimaksudkan sebagai pemecahan masalah rutin. Penelitian dari, oleh dan untuk mahasiswa program sarjana umumnya dapat dipandang dari sudut tujuan heuristik dalam pengembangan ilmu.
Fungsi ilmu
Ada dua pandangan berbeda. Praktisi dan bukan-ilmuwan umumnya memikirkan ilmu sebagai suatu disiplin atau kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki sesuatu atau untuk menciptakan kemajuan. Fungsi ilmu dalam pandangan ini adalah untuk membuat penemuan-penemuan, mempelajari fakta-fakta dan mengembangkan pengetahuan untuk maksud memperbaiki sesuatu.
Pandangan yang amat jauh berbeda ialah seperti dikemukakan oleh Braithwaite (Kerlinger, 1973): “Fungsi ilmu adalah untuk menghasilkan hukum-hukum umum yang meliput perilaku kejadian empiris atau objek-objek dengan mana ilmu terkait terhadap jalan mencari ‘jawaban’ atas ‘pertanyaan’ ”. Karena ilmu memungkinkan kita untuk menggabungkan pengetahuan dari kejadian-kejadian terpisah yang diketahui, dan untuk membuat prediksi-prediksi yang dapat diandalkan, yaitu untuk kejadian-kejadian belum diketahui.
Teori
Tujuan dasar ilmu adalah teori, atau barangkali secara lebih terbuka adalah untuk menjelaskan gejala alamiah. Penjelasan tersebut dinamakan sebagai teori. Suatu teori mencakup tiga hal, yaitu:
(1) Adanya suatu gugus proposisi-proposisi yang terdiri atas peubah-peubah yang terdefinisikan dengan baik dan hubungan antar peubah-peubah,
(2) Adanya gugus-gugus antarhubungan di antara suatu gugus peubah-peubah yang menyajikan suatu pandangan bersistem dari gejala-gejala yang dideskripsikan oleh peubah-peubah,
(3) Teori menjelaskan gejala-gejala; dengan perkataan lain, suatu teori dapat memberikan prediksi.
Teori adalah himpunan asas-asas yang tertata dan dapat menyatakan hubungan-hubungan yang berarti dalam suatu disiplin ilmu, yang dapat digunakan dan digunakan lagi dalam situasi-situasi berbeda untuk memecahkan masalah-masalah yang menjadi minat bidang ilmu bersangkutan. Suatu teori umumnya terdiri atas konsep-konsep yang dapat diterapkan (Weldon, 1995).
Suatu teori selalu dalam kalimat maklumat yang berimplikasi. Secara umum bentuk tersederhananya ialah dalam pernyataan "Jika A maka B". Bentuk-bentuk yang lebih rumit, misalnya ialah "Jika A dan jika B …… maka Z"; "Jika A maka B, dan jika B pada C maka D".
Teori selalu dalam bentuk umum agar dapat diterapkan lebih umum terhadap banyak gejala dan banyak objek pada berbagai tempat. Suatu hubungan yang terlalu khusus akan kurang luas terterapkan karena hanya berlaku untuk keadaan khusus. Tujuan-tujuan penelitian yang cukup luas, terbatas dan khas tentu saja baik. Namun tujuan-tujuan teoritis penelitian lebih baik daripada alasan-alasan lain. Karena dengan demikian teori akan lebih luas terterapkan dan lebih umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar